JAKARTA, Bursa Nusantara Official – Saham PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI) kembali menarik perhatian pasar modal Indonesia. Pada perdagangan Kamis (12/12/2024), saham AADI ditutup terkoreksi 4,17% ke level Rp9.200. Meskipun mengalami koreksi, saham ini masih menunjukkan potensi kenaikan jangka panjang, mengingat sejak pencatatan perdananya pada 5 Desember 2024, AADI telah mencatatkan kenaikan valuasi sebesar 38,35%.
Dengan level tertinggi di Rp10.950, saham AADI tetap menjadi sorotan utama, terutama di sektor energi.
Valuasi Masih Menarik di Sektor Batubara
Menurut Leonardo Lijuwardi, Equity Research Analyst dari NH Korindo Sekuritas Indonesia, valuasi AADI saat ini belum dapat dikategorikan overvalue. Meskipun harga sahamnya telah melonjak signifikan dari harga IPO Rp5.900, AADI hanya mencerminkan price-to-earnings ratio (P/E) sekitar 2 hingga 2,2 kali.
“Jika dibandingkan dengan emiten batubara lainnya, seperti PTBA atau ITMG yang memiliki P/E di atas 5 kali, valuasi AADI saat ini masih cukup wajar. Ini mencerminkan peluang bagi investor yang ingin masuk ke sektor batubara dengan prospek kuat,” ungkap Leonardo di Bursa Efek Indonesia (BEI) usai penutupan perdagangan saham.
Daya Tarik Emiten: Dividen dan Prospek Sektor
AADI dianggap memiliki posisi unik di sektor batubara. Selain prospek fundamental yang solid, emiten ini juga dikenal royal dalam membagikan dividen kepada para pemegang sahamnya. Dividen yang tinggi menjadi salah satu daya tarik utama bagi investor, terutama di tengah sentimen pasar yang cenderung beralih ke sektor energi terbarukan.
Menurut Leonardo, sektor batubara tetap menjadi andalan, meskipun energi baru terbarukan (EBT) mulai diminati. “Investor bisa melihat bahwa energi hijau masih memiliki jalan panjang untuk menjadi dominan. Namun, bisnis batubara tetap atraktif, terutama dengan tren royalti dividen seperti yang dilakukan AADI,” tambahnya.
Sentimen Energi di Masa Depan
Sentimen energi global juga menjadi pertimbangan utama. Dengan kemungkinan kembalinya Donald Trump sebagai presiden AS, kebijakan pro-energi tradisional diperkirakan akan mendominasi dalam beberapa tahun ke depan. Namun, tren energi hijau tidak dapat diabaikan.
“Walaupun saat ini energi hijau mungkin belum mendapatkan perhatian besar, tetapi ke depannya, potensi pertumbuhan tetap ada. Sementara itu, sektor batubara masih dapat memberikan imbal hasil yang solid untuk investor yang fokus pada dividen tinggi dan stabilitas jangka pendek hingga menengah,” jelas Leonardo.
Koreksi Saham: Peluang atau Risiko?
Meskipun saham AADI terkoreksi hingga 4,17%, analis menilai hal ini wajar mengingat lonjakan harga signifikan yang telah terjadi sejak IPO. Bagi investor yang mencari peluang masuk, koreksi ini bisa menjadi momen untuk akumulasi. Namun, tetap perlu memperhatikan volatilitas sektor energi, yang sering kali dipengaruhi oleh harga komoditas global.
Sementara itu, valuasi P/E rendah AADI pada harga Rp9.200 memberikan ruang bagi potensi penguatan lebih lanjut. “Koreksi ini adalah bagian dari dinamika pasar. Jika Anda melihat fundamental AADI dan prospek dividen, saham ini masih menawarkan potensi yang menarik,” ujar Leonardo.