Geser kebawah untuk baca artikel
PasarSaham

Saham TLKM Naik 2,70%, Masih Berpotensi Naik

×

Saham TLKM Naik 2,70%, Masih Berpotensi Naik

Sebarkan artikel ini
Saham TLKM Naik 2-70 persen Masih Berpotensi Naik
Saham Telkom (TLKM) naik 2,70% ke Rp 2.660 dengan potensi cuan besar. Meski ada tantangan di sektor telekomunikasi, peluang investasi TLKM tetap menjanjikan.

JAKARTA, Bursa.NusantaraOfficial.com – Saham PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) mencatatkan penguatan signifikan pada perdagangan Jumat (17/1/2025) dengan kenaikan sebesar 2,70% ke level Rp 2.660.

Penguatan ini didukung oleh transaksi aktif yang melibatkan 107,25 juta saham dengan frekuensi 10.638 kali dan nilai transaksi mencapai Rp 284,01 miliar. Tren positif ini dipicu oleh akumulasi pembelian oleh broker terkemuka seperti UBS Sekuritas Indonesia dan Maybank Sekuritas Indonesia.

Strategi Investasi Saham TLKM

Net buy asing yang mencapai Rp 125 miliar menjadi sinyal kuat bahwa saham Telkom masih diminati oleh investor global. UBS Sekuritas Indonesia mencatatkan pembelian bersih Rp 62,6 miliar, sementara Maybank Sekuritas Indonesia membukukan Rp 40,5 miliar.

Hal ini menunjukkan optimisme pasar terhadap prospek Telkom di tengah dinamika sektor telekomunikasi.

Namun, meski saham TLKM menunjukkan penguatan, data historis menunjukkan pelemahan sebesar 12,5% dalam tiga bulan terakhir dan penurunan drastis 33,33% dalam satu tahun terakhir. Faktor-faktor ini perlu menjadi pertimbangan investor sebelum memutuskan untuk berinvestasi lebih lanjut.

Tantangan dan Peluang di Sektor Telekomunikasi

Menurut analisis dari Samuel Sekuritas, sektor telekomunikasi mengalami perubahan signifikan yang membuatnya lebih sehat.

Fokus pada kualitas jaringan dan layanan melalui strategi FMC (fixed mobile convergence) diprediksi mampu meningkatkan pendapatan perusahaan telekomunikasi. Namun, persaingan ketat di layanan fixed broadband (FBB) dapat menjadi tantangan besar bagi operator.

Dengan tingkat penetrasi kartu SIM yang mencapai 97% dan pelanggan seluler yang sudah jenuh di angka 188 juta, ruang pertumbuhan menjadi semakin sempit.

Selain itu, ARPU (average revenue per user) yang saat ini berada di angka Rp 41.000 lebih rendah dari ekspektasi. Situasi ini diperparah oleh penguatan dolar AS yang memengaruhi belanja modal (capital expenditure) industri telekomunikasi.

Tantangan lainnya adalah beban biaya regulasi yang tinggi, seperti biaya tahunan spektrum dan kontribusi Universal Service Obligation (USO).

Di sisi lain, suku bunga yang tetap tinggi akibat kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) dan The Fed juga dapat memberikan tekanan tambahan pada operator telekomunikasi dengan leverage tinggi seperti PT Indosat Tbk (ISAT) dan PT XL Axiata Tbk (EXCL).

Peluang Cuan di Tengah Tekanan

Kendati menghadapi banyak tantangan, sektor telekomunikasi tetap memiliki potensi besar untuk mendongkrak profitabilitas. Lelang spektrum yang berinsentif dapat membantu perusahaan memangkas biaya operasional. Selain itu, teknologi canggih seperti Internet of Things (IoT), layanan 5G, dan jaringan serat optik menjadi pendorong utama permintaan.

Samuel Sekuritas memberikan rekomendasi overweight untuk sektor telekomunikasi, yang berarti investor berpeluang mendapatkan return lebih tinggi dibandingkan sektor lainnya. Dalam laporan risetnya, Samuel Sekuritas menyebutkan bahwa saham TLKM menjadi pilihan utama dengan target harga Rp 3.500. Dengan potensi kenaikan harga ini, saham TLKM masih menawarkan peluang cuan yang menarik bagi para investor.

Di tengah berbagai tantangan yang dihadapi sektor telekomunikasi, saham TLKM tetap menjadi pilihan menarik berkat fundamental yang kuat dan prospek cerah di masa depan.

Strategi perusahaan yang fokus pada peningkatan kualitas layanan serta inovasi teknologi dapat menjadi katalis positif untuk pertumbuhan jangka panjang. Investor disarankan untuk mempertimbangkan data fundamental dan tren pasar sebelum membuat keputusan investasi.