JAKARTA, bursa.nusantaraofficial.com – Indonesia tengah bersiap menjadi raksasa ekonomi digital di kawasan Asia Tenggara. Proyeksi terbaru dari laporan e-Economy SEA 2024 yang dirilis oleh Google, Temasek, dan Bain & Company, menyebut bahwa ekonomi digital Indonesia dapat mencapai nilai US$360 miliar pada tahun 2030. Nilai ini mencerminkan potensi besar yang dimiliki Indonesia, terutama jika dibandingkan dengan proyeksi ekonomi digital tahun 2024 yang hanya mencapai US$90 miliar.
Untuk mencapai potensi tersebut, Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemenkomdigi) telah merancang strategi berbasis tiga pilar utama transformasi digital, yaitu Infrastruktur Digital, Talenta Digital, dan Tata Kelola Ekosistem Digital. Menteri Komunikasi dan Digital, Meutya Hafid, menyatakan bahwa strategi ini bertujuan menciptakan transformasi digital yang inklusif, berdaulat, dan memberdayakan seluruh lapisan masyarakat.
1. Pilar Infrastruktur Digital: Memperkuat Konektivitas Nasional
Pilar pertama adalah infrastruktur digital, yang berfokus pada penguatan konektivitas bermakna. Hal ini mencakup penyediaan akses teknologi yang merata ke seluruh wilayah Indonesia, termasuk daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T).
Menteri Meutya Hafid menegaskan bahwa konektivitas bermakna merupakan elemen vital dalam membangun ekonomi digital yang inklusif. “Kami memastikan bahwa setiap individu, baik di kota besar maupun di pelosok, memiliki akses terhadap internet berkualitas tinggi,” ungkapnya.
Pemerintah juga telah mempercepat pembangunan jaringan infrastruktur seperti serat optik, BTS 4G, dan jaringan 5G. Dalam waktu dekat, teknologi satelit juga akan dimanfaatkan untuk mengatasi tantangan geografis, terutama di wilayah yang sulit dijangkau. Langkah ini diharapkan tidak hanya mendorong aktivitas e-commerce, tetapi juga membuka akses terhadap layanan pendidikan dan kesehatan berbasis digital.
2. Pilar Talenta Digital: Membangun Generasi Teknologi
Pilar kedua adalah pengembangan talenta digital. Menyadari pentingnya sumber daya manusia (SDM) yang kompeten, Kemenkomdigi meluncurkan program Digital Talent Scholarship (DTS). Hingga tahun 2024, program ini telah melatih lebih dari 100.000 talenta digital di berbagai bidang strategis, seperti kecerdasan buatan (AI), keamanan siber, dan analitik data.
Pada tahun 2025, pemerintah menargetkan peningkatan jumlah peserta menjadi 200.000 orang, dengan fokus pada pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Langkah ini bertujuan untuk menciptakan generasi pekerja yang mampu memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing.
Selain itu, kerja sama dengan berbagai institusi pendidikan dan perusahaan teknologi juga terus diperluas. “Kami ingin menciptakan ekosistem pembelajaran yang mendorong inovasi dan kreativitas. Talenta digital adalah ujung tombak transformasi ekonomi kita,” ujar Meutya Hafid.
3. Pilar Tata Kelola Ekosistem Digital: Keamanan Jadi Prioritas
Pilar terakhir adalah tata kelola ekosistem digital yang adaptif dan berkelanjutan. Dalam hal ini, Kemenkomdigi memprioritaskan keamanan ruang digital. Selama dua bulan pertama kepemimpinannya, lebih dari 250.000 konten ilegal, termasuk perjudian online, telah diblokir. Ribuan rekening bank ilegal ditutup, dan akun-akun influencer yang mempromosikan aktivitas ilegal ditindak tegas.
Selain itu, pemerintah juga meningkatkan perlindungan data pribadi melalui pengawasan ketat terhadap platform digital. Hal ini bertujuan menciptakan lingkungan digital yang aman dan tepercaya bagi pengguna, sekaligus mendorong pertumbuhan sektor ekonomi digital.
“Keamanan adalah fondasi dari tata kelola ekosistem digital. Dengan lingkungan yang aman, masyarakat dapat lebih percaya diri untuk berpartisipasi dalam aktivitas ekonomi digital,” ujar Meutya Hafid.
Potensi dan Proyeksi Ekonomi Digital Indonesia
Proyeksi yang disampaikan oleh laporan e-Economy SEA 2024 menunjukkan bahwa nilai barang dagangan kotor (gross merchandise value/GMV) dari ekonomi digital Indonesia diperkirakan akan meningkat hingga dua kali lipat menjadi US$200–360 miliar pada tahun 2030.
Dominasi sektor e-commerce menjadi salah satu pendorong utama pertumbuhan ini. Pada tahun 2024, nilai transaksi e-commerce di Indonesia diperkirakan mencapai US$65 miliar, naik 11% dibandingkan tahun 2023 sebesar US$59 miliar. Inovasi seperti video commerce, yang meningkatkan pengalaman pengguna dalam berbelanja, menjadi salah satu faktor pendorong pertumbuhan.
Namun, di balik proyeksi optimis ini, terdapat tantangan besar. Menurut data Bank Indonesia (BI), nilai transaksi e-commerce pada tahun 2023 justru turun menjadi Rp453,75 triliun, dibandingkan Rp476,75 triliun pada tahun 2022. Penurunan daya beli masyarakat akibat tekanan ekonomi global menjadi salah satu penyebab utama.
Pendapat Pakar: Harapan vs Realitas
Ekonom sekaligus Pakar Ekonomi Digital, Nailul Huda dari Center of Economic and Law Studies (Celios), mengingatkan bahwa pemerintah perlu berhati-hati dalam membuat kebijakan berdasarkan proyeksi optimis. Menurutnya, data dari laporan BI lebih mencerminkan kondisi riil dibandingkan laporan e-Economy SEA 2024.
“Potensi ekonomi digital Indonesia memang besar, tetapi tidak sebesar yang sering dibicarakan. Investasi yang menurun adalah sinyal penting yang perlu diwaspadai,” kata Nailul.
Ia juga mencatat bahwa meski platform e-commerce besar terus berinovasi, tekanan daya beli masyarakat dapat menghambat pertumbuhan. “Transformasi digital memang menjanjikan, tetapi perlu kebijakan yang realistis agar potensi tersebut dapat direalisasikan,” tambahnya.
Kesimpulan: Kolaborasi Menuju Masa Depan Digital
Transformasi digital adalah peluang besar bagi Indonesia untuk memperkuat posisinya dalam perekonomian global. Dengan mengoptimalkan tiga pilar utama—Infrastruktur Digital, Talenta Digital, dan Tata Kelola Ekosistem Digital—Indonesia dapat meraih proyeksi ekonomi digital sebesar US$360 miliar pada tahun 2030.
Namun, untuk merealisasikan potensi ini, diperlukan kolaborasi lintas sektor, inovasi berkelanjutan, dan kebijakan berbasis data. Keberhasilan transformasi digital tidak hanya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, tetapi juga memperkuat posisi Indonesia sebagai pemain utama di peta ekonomi digital dunia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di: