JAKARTA, Bursa.NusantaraOfficial.com – Pemerintah Indonesia terus menunjukkan komitmennya dalam mengakselerasi pertumbuhan ekonomi nasional melalui kebijakan yang disebut oleh Ekonom Senior dan Associate Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI), Ryan Kiryanto, sebagai strategi “Double Striker”.
Pendekatan ini mencakup kebijakan moneter oleh Bank Indonesia (BI) dan kebijakan fiskal dari pemerintah untuk menopang daya beli masyarakat.
Pada 15 Januari 2024, Bank Indonesia mengumumkan penurunan suku bunga acuan atau BI Rate menjadi 5,75%. Langkah ini memberikan ruang bagi sektor keuangan untuk bernapas lega. Sikap dovish BI ini diyakini mampu meningkatkan konsumsi rumah tangga, yang selama ini menjadi tulang punggung perekonomian nasional.
Di sisi lain, pemerintah meluncurkan kebijakan relaksasi fiskal yang dirancang untuk mengatasi perlambatan ekonomi domestik. Ryan Kiryanto mengungkapkan bahwa relaksasi fiskal ini berfungsi sebagai langkah countercyclical.
Kebijakan ini diharapkan dapat menjaga stabilitas ekonomi agar tidak jatuh lebih dalam di tengah tekanan global.
Relaksasi Pajak dan Optimisme Ekonomi
Salah satu kebijakan signifikan yang diambil pemerintah adalah penyesuaian kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari 11% menjadi 12%, namun hanya diterapkan pada barang-barang mewah. Langkah ini dinilai sebagai bentuk relaksasi yang strategis untuk menjaga tingkat konsumsi masyarakat.
“Saat ini, angka Purchasing Managers Index (PMI) kita sudah menunjukkan perbaikan. Selama berbulan-bulan di bawah zona kontraksi, kini PMI berhasil naik di atas level 50, menandakan fase ekspansi ekonomi yang positif,” ungkap Ryan dalam acara Investor Market Opening IDTV di Jakarta pada Senin (27/1/2025).
Mendorong Demand dan Daya Beli Masyarakat
Menurut Ryan, daya beli masyarakat harus menjadi prioritas utama. Ia menekankan bahwa konsumsi rumah tangga sebagai motor penggerak ekonomi nasional harus tetap terjaga dengan pertumbuhan di atas 5% per tahun.
Pemerintah telah mengimplementasikan berbagai program, seperti perlindungan sosial (perlinsos) dan pemberian makanan bergizi gratis, untuk meningkatkan daya beli dan aktivitas ekonomi di level akar rumput.
Ryan juga mengapresiasi langkah pemerintah yang menunjukkan keberpihakan kepada pelaku usaha dan masyarakat luas. “Kebijakan yang mendukung pasar ini mampu mendorong optimisme bahwa pemerintah hadir di tengah-tengah kesulitan yang dialami oleh masyarakat dan pelaku usaha,” jelasnya.
Proyeksi 2025: Momentum Akselerasi Ekonomi
Tahun 2025 diprediksi menjadi tahun akselerasi ekonomi nasional, seiring dengan meredanya tekanan global.
Pemerintah mematok target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2%, lebih tinggi dibandingkan estimasi tahun 2024 yang sebesar 5%. Target ini diharapkan tercapai melalui strategi “Double Striker” yang terus dipertahankan.
“Kita harus menjaga agar kebijakan ini berdampak berkesinambungan. Jika kebijakan ini dilaksanakan secara konsisten, maka dampaknya akan terus positif bagi perekonomian nasional,” tutup Ryan.
Dengan kombinasi kebijakan moneter dan fiskal yang strategis, pemerintah optimis dapat menjaga stabilitas ekonomi serta meningkatkan daya beli masyarakat.
Strategi “Double Striker” ini menjadi bukti nyata bahwa kolaborasi antara pemerintah dan Bank Indonesia mampu menciptakan momentum pertumbuhan yang berkelanjutan.
Silakan masuk untuk bergabung dalam diskusi