JAKARTA, BursaNusantara.com – Proyeksi pertumbuhan PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) masih menunjukkan tren positif hingga akhir 2024, khususnya dari segmen Fixed Mobile Convergence (FMC).
KB Valbury Sekuritas memperkirakan pendapatan FMC melonjak 19,3% secara kuartalan (qoq) menjadi Rp33,4 triliun pada kuartal IV-2024, mendorong total pendapatan TLKM pada kuartal tersebut menjadi Rp36,8 triliun.
Kinerja ini juga ditopang efisiensi biaya operasional yang efektif. Valbury mencatat biaya tunai diproyeksi turun 5,5% qoq, memberikan ruang bagi EBITDA untuk naik sebesar 4,6%.
Namun, di tengah pencapaian ini, proyeksi keseluruhan kinerja Telkom untuk tahun 2025 direvisi lebih konservatif.
Baca Juga: Ini Dia 3 Jawara Saham Bank 2025, Pilihan Investasi Menarik!
Steven Gunawan, analis dari KB Valbury Sekuritas, menjelaskan bahwa proyeksi keuangan TLKM 2025 diturunkan sebesar 3,6% hingga 9,3%.
Koreksi ini terjadi meskipun konsumsi data sepanjang Januari hingga September 2024 tercatat mencapai 78% dari total estimasi tahunan, yang sebenarnya lebih kuat dari ekspektasi semula.
Tantangan di Layanan Fixed Broadband
Salah satu tekanan terbesar datang dari lini bisnis fixed broadband, yakni Indihome. Persaingan dari penyedia layanan FBB yang makin agresif membuat rata-rata pendapatan per pengguna (ARPU) tahun ini diprediksi turun sebesar 6,8%, menjadi Rp247.000.
Baca Juga: IHSG Diproyeksikan Konsolidasi, Investor Diimbau Waspada
Namun, Steven menegaskan bahwa penetrasi layanan FBB di Indonesia yang masih tergolong rendah serta kekuatan posisi pasar Indihome tetap menjadi daya tarik monetisasi jangka panjang.
Target Harga dan Valuasi Saham TLKM
Meski menghadapi tantangan kompetitif dan opex yang meningkat, KB Valbury Sekuritas tetap mempertahankan rekomendasi buy untuk saham TLKM.
Baca Juga: Pandangan BCA Sekuritas: Saham Nikel di Tengah Oversupply
Target harga yang ditetapkan sebesar Rp3.400 mengacu pada estimasi valuasi EV/EBITDA 2025 sebesar 4 kali. Angka ini mencerminkan level -1,5 standar deviasi dari rata-rata historis 7 tahun terakhir.
Manajemen biaya yang efisien dianggap sebagai faktor kunci yang masih mampu mendorong pertumbuhan ke depan, meskipun tekanan dari sisi persaingan dan ekspansi jaringan tetap menjadi perhatian.
Mirae Asset: Sektor Telekomunikasi Tetap Prospektif
Sementara itu, Mirae Asset Sekuritas Indonesia menilai sektor telekomunikasi nasional masih atraktif secara fundamental.
Daniel Widjaja dan Wilbert Arifin, analis dari Mirae, menyebutkan bahwa konsolidasi di segmen seluler dan FBB menjadi katalis positif.
Baca Juga: Saham TLKM Naik 2,70%, Masih Berpotensi Naik
Mirae menetapkan rating overweight untuk sektor ini, dengan Telkom (TLKM) dan Indosat (ISAT) sebagai pilihan utama.
Rekomendasi buy disematkan untuk TLKM dengan target harga Rp3.600, sedangkan saham ISAT dibanderol dengan target Rp2.500.
Mereka mengakui bahwa meskipun potensi return tinggi, risiko tetap ada. Beberapa tantangan seperti peningkatan biaya operasional, perubahan struktur kompetisi, dan tekanan harga menjadi faktor yang harus dicermati investor dalam jangka menengah.
Baca Juga: Cara Mengajukan Pinjaman KUR KB Bank Bukopin dengan Mudah
Dengan kombinasi fundamental yang solid, potensi pasar yang masih luas, dan rekomendasi positif dari dua sekuritas besar, saham Telkom tetap menjadi perhatian utama bagi pelaku pasar dalam menghadapi dinamika sektor telekomunikasi ke depan.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investor terkait saham, komoditas, kripto atau surat berharga lainnya. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bursa.Nusantaraofficial.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.
Ikuti media sosial kami untuk update terbaru