Site icon Bursa Nusantara

Transformasi Besar TLKM: Pangkas Anak Usaha, Genjot Monetisasi Aset

Transformasi Besar TLKM Pangkas Anak Usaha, Genjot Monetisasi Aset

Telkom (TLKM) tengah berbenah besar-besaran lewat efisiensi bisnis, memangkas anak usaha jadi 22 entitas, dan membuka potensi monetisasi aset hingga Rp150 triliun.

JAKARTA, BursaNusantara.com – PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) kini menjalankan strategi transformasi bisnis yang paling berani dalam satu dekade terakhir, ditandai dengan keputusan menyederhanakan struktur perusahaan dan mempercepat monetisasi aset infrastruktur bernilai triliunan rupiah.

Perusahaan pelat merah ini secara aktif memangkas jumlah anak usaha dari 55 menjadi hanya sekitar 22 entitas, guna menghilangkan redundansi operasional dan meningkatkan efisiensi bisnis.

Agenda tersebut menjadi pilar utama dari transformasi 3–5 tahun yang diusung oleh manajemen baru Telkom, yang ingin menjadikan perseroan sebagai strategic holding.

Langkah-langkah efisiensi ini bukan sekadar penyesuaian administratif, tetapi juga sinyal kuat bahwa TLKM ingin kembali ke akar bisnis intinya di sektor B2C dan infrastruktur B2B.

Transformasi Telkom juga menandai era baru pendekatan berbasis hasil (return-based), di mana alokasi modal dilakukan secara ketat dengan perhitungan IRR, bukan sekadar ekspansi masif.

TLKM Fokus ke Bisnis Inti, Tinggalkan Bisnis Non-Utama

Manajemen baru Telkom Indonesia mengambil keputusan tegas untuk keluar dari bisnis non-inti yang selama ini membebani portofolio grup.

Tujuannya adalah mengembalikan fokus pada lini bisnis utama, yaitu segmen konsumen (B2C), layanan infrastruktur digital (B2B), serta solusi teknologi informasi yang saling mendukung.

Langkah ini juga menjadi respons terhadap tekanan kompetitif di sektor telekomunikasi yang terus meningkat dari sisi harga, pelanggan, hingga inovasi produk.

BRI Danareksa Sekuritas menyebut langkah penyederhanaan portofolio TLKM ini sebagai pergeseran strategis yang paling signifikan dalam peta bisnis perusahaan.

Dengan menyisakan hanya entitas yang benar-benar mendukung strategi bisnis jangka panjang, TLKM membuka jalan menuju model organisasi yang lebih lincah dan fokus.

Potensi Monetisasi Aset Rp150 Triliun: InfraCo Jadi Kunci

Salah satu langkah transformasi paling menarik perhatian investor adalah rencana monetisasi aset TLKM yang diperkirakan memiliki potensi nilai antara Rp100 triliun hingga Rp150 triliun.

Aset-aset tersebut sebagian besar terkonsentrasi pada infrastruktur digital, termasuk fiber optik, menara, dan fasilitas data center yang akan ditempatkan di bawah platform InfraCo.

InfraCo diharapkan menjadi kendaraan utama monetisasi melalui dua skema utama: IPO anak usaha atau konsolidasi aset untuk menarik investor strategis.

Salah satu sorotan utama adalah NeutraDC, entitas pusat data milik Telkom yang saat ini sedang dalam proses menuju kemitraan strategis yang ditargetkan rampung pada akhir 2025.

Percepatan monetisasi ini menjadi katalis jangka pendek yang dinilai mampu mengerek valuasi Telkom di mata pasar dan memperkuat neraca perusahaan secara fundamental.

Disiplin Investasi dan Perampingan Biaya Jadi Pilar Utama

Transformasi Telkom bukan hanya soal penjualan aset atau pemangkasan entitas, tetapi juga reformasi cara perusahaan mengelola investasi.

Dengan capex tahunan sekitar Rp6 triliun, Telkom kini memprioritaskan proyek-proyek berdampak besar yang terbukti secara hitung-hitungan menghasilkan nilai jangka panjang.

Pendekatan ini didasarkan pada metode pengambilan keputusan berbasis IRR, yang mendorong penghindaran proyek yang tidak memberikan pengembalian signifikan.

Rasio net debt to EBITDA TLKM yang hanya 0,5 kali pada kuartal I-2025 mencerminkan struktur modal yang sehat dan kapasitas ekspansi yang masih sangat luas.

Kondisi keuangan ini menjadi keunggulan kompetitif yang memungkinkan Telkom tetap agresif di bisnis inti tanpa harus mencari pendanaan eksternal berisiko tinggi.

Harga Saham TLKM Dinilai Murah, Rekomendasi Buy Berlanjut

Di tengah transformasi besar-besaran ini, saham TLKM justru dinilai undervalued oleh dua sekuritas besar: BRI Danareksa dan Samuel Sekuritas, yang sama-sama mempertahankan rekomendasi buy.

BRI Danareksa Sekuritas menetapkan target harga saham TLKM di level Rp3.500 per saham, dengan keyakinan pada efisiensi dan potensi monetisasi aset yang belum terefleksikan sepenuhnya dalam valuasi.

Sementara itu, analis Samuel Sekuritas menyoroti valuasi TLKM yang terdiskon secara signifikan dibandingkan para pesaingnya, dengan EV/EBITDA TTM sebesar 4,1 kali.

Diskon valuasi ini mencapai 11,5% dari rata-rata industri, meski TLKM menawarkan ROAE 2025 yang diperkirakan mencapai 15,6% atau lebih tinggi dari rata-rata pesaingnya di 14,9%.

Dengan prospek pertumbuhan kuat dan dividen yield yang menarik, saham TLKM dinilai memiliki ruang re-rating yang besar ke depan.

Risiko Masih Ada, Tapi Dikompensasi oleh Fundamental Kuat

Meski outlook TLKM secara umum positif, beberapa risiko tetap membayangi, terutama dari sisi kompetisi pasar yang semakin tajam.

Perang harga di segmen fixed broadband (FBB) dan potensi kehilangan pelanggan menjadi perhatian, apalagi jika transformasi portofolio tidak diimbangi dengan inovasi produk yang agresif.

Namun, transformasi Telkom dipandang mampu merespons tantangan ini secara taktis, dengan efisiensi operasional dan fokus pada core business yang akan mendongkrak margin.

Perusahaan juga berada dalam posisi keuangan yang memungkinkan untuk manuver cepat jika dinamika pasar berubah secara drastis.

Dengan struktur leverage yang ringan dan portofolio yang dipangkas tajam, Telkom kini lebih siap berkompetisi di pasar digital yang makin ketat dan dinamis.

Telkom Hadapi Titik Balik Sejarah: Saatnya Menuai Hasil Transformasi

Transformasi yang dijalankan Telkom saat ini merupakan titik balik sejarah yang dapat menentukan arah perusahaan satu dekade ke depan.

Langkah strategis untuk menyederhanakan portofolio, mempercepat monetisasi aset, dan mengadopsi disiplin investasi bukan hanya soal efisiensi tetapi tentang menciptakan nilai berkelanjutan.

Dengan rencana kemitraan strategis NeutraDC dan penguatan platform InfraCo, Telkom memberi sinyal kepada pasar bahwa mereka tak hanya sekadar bertahan, tetapi juga ingin memimpin.

Valuasi menarik dan rekomendasi positif dari analis menjadi validasi atas potensi yang tengah dibangun oleh manajemen baru.

Jika eksekusi strategi ini berhasil, Telkom berpotensi mengukuhkan diri sebagai pemain regional dalam infrastruktur digital Asia Tenggara.

Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investor terkait saham, komoditas, kripto atau surat berharga lainnya. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. BursaNusantara.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Grafik tidak tersedia karena JavaScript dinonaktifkan di browser Anda.
Exit mobile version