JAKARTA, BursaNusantara.com – PT Trias Sentosa Tbk (IDX:TRST), produsen kemasan fleksibel, tetap optimistis menjaga pertumbuhan pasar domestik dan ekspor di tengah ketidakpastian global akibat perang dagang AS–China.
Salah satu strategi utama TRST adalah memaksimalkan dua lini produksi baru untuk meningkatkan efisiensi dan menambah variasi produk.
Dampak Geopolitik dan Pelemahan Kurs
Komisaris TRST, Sugeng Kurniawan menyebut kondisi ekonomi global masih terdampak oleh kebijakan moneter dan fiskal negara-negara maju.
Situasi tersebut memengaruhi konsumsi produk TRST, khususnya di pasar ekspor.
Perang dagang AS–China juga memperburuk kondisi dengan menekan nilai tukar rupiah.
“Selisih kurs dari awal tahun Rp 16 ribu per dolar AS hingga kini di atas Rp 16 ribu sangat memengaruhi kinerja kami,” ujar Sugeng.
Pada kuartal I-2025, TRST mencatat rugi selisih kurs Rp 31,15 miliar, berbalik dari laba kurs Rp 11,63 miliar pada kuartal yang sama tahun lalu.
Laba Usaha Naik, Tapi Tekanan Tetap Berat
Penjualan bersih TRST turun 3,16% yoy dari Rp 870,4 miliar menjadi Rp 842,9 miliar.
Rugi bersih pun tercatat Rp 15,2 miliar, dibandingkan laba bersih Rp 6,18 miliar di kuartal I-2024.
Meski demikian, laba bruto TRST naik 20,36% yoy menjadi Rp 85,83 miliar dan laba usaha melonjak 69,06% yoy ke Rp 34,59 miliar.
Sugeng menegaskan, perseroan tetap agresif mencari pasar baru sambil mempertahankan pelanggan eksisting dengan nilai tambah lebih tinggi.
Lonjakan Ekspor Dorong Optimisme
Penjualan ekspor TRST naik 10% yoy menjadi Rp 323,95 miliar pada kuartal I-2025.
Pasar utama ekspor masih Jepang dan Amerika Serikat, disusul China, Korea Selatan, serta beberapa negara Asia Tenggara.
“Ekspor tetap jadi pendorong utama, dan kami optimalkan semua lini untuk menyasar pasar-pasar baru,” kata Sugeng.
Persaingan Impor Tantang Pertumbuhan Lokal
Menurut Sugeng, potensi pasar domestik sangat besar karena sejalan dengan pertumbuhan ekonomi nasional.
Namun, tantangan terberat datang dari serbuan produk impor sejenis dengan selisih harga 5%-10% lebih murah.
“Kalau ingin tetap laba dan investasi, kami tidak bisa menyamakan harga dengan produk impor,” katanya.
Barang impor yang masuk per bulan setara kapasitas satu mesin besar, membuat TRST harus bertahan di pertumbuhan single digit di pasar lokal.
Realisasi Investasi dan Strategi Pemulihan
TRST telah merampungkan investasi dua mesin baru senilai US$ 4 juta dari belanja modal tahun ini.
Mesin tersebut kini sudah diuji coba dan meningkatkan utilisasi produksi hingga 80%-90%.
TRST juga mulai mengolah limbah plastik menjadi produk baru seperti botol, kursi, dan komponen industri lain.
“Kami terus berinovasi dan mencari pelanggan baru dengan mesin-mesin kami yang lebih efisien,” ujar Sugeng.
Capaian 2024 Jadi Tolak Ukur
Sepanjang 2024, TRST mencatat penjualan Rp 3,42 triliun, naik 14% dibandingkan 2023.
Penjualan ekspor melonjak 39% yoy ke Rp 1,33 triliun, mempertegas orientasi global perseroan.
Laba kotor konsolidasi 2024 mencapai Rp 355 miliar atau melonjak 191% dibandingkan tahun sebelumnya.
Sementara laba tahun berjalan naik 121% yoy menjadi Rp 50 miliar.
“Kami tetap berharap kondisi global segera pulih dan strategi kami tahun ini bisa mengembalikan performa,” tegas Sugeng.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investor terkait saham, komoditas, kripto atau surat berharga lainnya. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. BursaNusantara.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.