WASHINGTON – Presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump, mengungkapkan bahwa Presiden Rusia, Vladimir Putin, bersedia untuk bertemu dengannya. Rencana pertemuan ini menjadi sorotan global, mengingat potensi dampaknya terhadap konflik yang telah berlangsung hampir tiga tahun di Ukraina.
Trump, yang akan resmi menjabat pada 20 Januari 2025, menyampaikan pernyataan ini pada pertemuan dengan gubernur Republik di resor pribadinya, Mar-a-Lago, Palm Beach, Florida. “Ia ingin bertemu, dan kami sedang mengaturnya. Kita harus mengakhiri perang itu, itu benar-benar kacau,” ujar Trump pada Jumat (10/1/2025), seperti dikutip dari AFP.
Komitmen Trump untuk Perdamaian di Ukraina
Selama kampanye presidennya, Trump kerap menjanjikan solusi atas konflik Ukraina yang dimulai sejak Februari 2022. Invasi Rusia ke Ukraina telah memicu ketegangan internasional, terutama di antara negara-negara anggota NATO. Namun, hingga saat ini, Trump belum memaparkan rencana konkret untuk mencapai gencatan senjata atau kesepakatan damai.
Trump juga sering mengkritik kebijakan Presiden AS Joe Biden yang memberikan bantuan militer besar-besaran ke Ukraina. Di bawah pemerintahan Biden, AS telah memberikan bantuan militer lebih dari $65 miliar kepada Ukraina, menjadikannya pendukung terbesar dalam perang tersebut.
“Memberikan bantuan sebesar itu hanya memperpanjang konflik. Kita perlu menemukan solusi yang membawa perdamaian, bukan memperburuk keadaan,” kata Trump.
Selain itu, Trump kerap menyuarakan keraguan atas keterlibatan jangka panjang AS dalam NATO. Hal ini memicu perdebatan di Washington, terutama di kalangan anggota Partai Republik yang terpecah dalam mendukung kebijakan luar negeri Trump.
Respons Putin dan Harapan Dunia
Dari pihak Rusia, Kremlin menyatakan keterbukaan untuk berunding dengan Trump. Juru bicara Presiden Putin, Dmitry Peskov, mengatakan, “Presiden telah berulang kali menyatakan keterbukaannya untuk melakukan kontak dengan para pemimpin internasional, termasuk Donald Trump.”
Pernyataan ini memperkuat keyakinan bahwa pertemuan antara Trump dan Putin dapat membawa perubahan signifikan dalam dinamika konflik Ukraina. Namun, banyak pihak skeptis terhadap hasil pertemuan ini, mengingat Trump sering memuji Putin tanpa menawarkan solusi yang jelas untuk konflik tersebut.
Putin sendiri masih mendapat tekanan dari berbagai negara Barat, terutama terkait invasi militernya ke Ukraina. Rusia juga menghadapi berbagai sanksi ekonomi yang memperburuk situasi domestik. Pertemuan ini dianggap sebagai peluang untuk memperbaiki hubungan internasional dan meredakan ketegangan geopolitik.
Potensi Dampak pada NATO dan Kebijakan AS
Trump telah lama mempertanyakan efektivitas NATO sebagai aliansi militer Barat. Jika Trump dan Putin mencapai kesepakatan dalam pertemuan mendatang, hal ini dapat memengaruhi kebijakan AS terhadap NATO serta dukungan militer terhadap Ukraina.
Namun, para analis memperingatkan bahwa setiap keputusan yang dibuat tanpa melibatkan Ukraina dan sekutunya dapat memperlemah posisi mereka dalam konflik ini. “Kunci perdamaian terletak pada solusi yang adil bagi semua pihak, bukan hanya kesepakatan antara AS dan Rusia,” ujar seorang pakar geopolitik.
Akankah Perdamaian Tercapai?
Rencana pertemuan antara Trump dan Putin menimbulkan harapan sekaligus kekhawatiran. Di satu sisi, ini bisa menjadi langkah awal untuk menghentikan perang di Ukraina. Namun di sisi lain, tanpa rencana konkret, hasil pertemuan ini mungkin hanya menjadi simbol tanpa dampak nyata.
Dunia akan menantikan perkembangan ini, dengan harapan bahwa diplomasi dapat mengalahkan konflik dan membawa perdamaian yang telah lama dinantikan.