Kerja Sama Internasional Dongkrak Industri Kabel Nasional
JAKARTA, BursaNusantara.com – Optimisme tengah menyelimuti industri kabel nasional. Di tengah geliat proyek infrastruktur dan digitalisasi, kebutuhan kabel terutama kabel serat optik semakin meroket.
PT Communication Cable Systems Indonesia Tbk (CCSI) pun mengambil langkah strategis melalui kemitraan internasional yang diyakini akan mengakselerasi pertumbuhannya.
Pertumbuhan permintaan kabel didorong oleh proyek infrastruktur besar di sektor energi, konstruksi, hingga telekomunikasi.
Sejalan dengan transisi energi global dan adopsi kendaraan listrik, permintaan kabel dengan kualitas tinggi pun menjadi keniscayaan.
Kabel Serat Optik Jadi Primadona Infrastruktur Digital
Dalam lanskap global, kabel listrik masih mendominasi pasar. Namun kabel serat optik muncul sebagai segmen dengan pertumbuhan tercepat.
Proyeksi dari Swacable menunjukkan, pasar kabel global akan tumbuh 4%–6% (CAGR) pada tahun 2025. Kebutuhan ini dipacu oleh perkembangan jaringan 5G, internet berkecepatan tinggi, serta teknologi seperti cloud computing dan Internet of Things (IoT).
Riset lain dari Mordor Intelligence bahkan memperkirakan nilai pasar kabel global akan melonjak dari US$ 17,87 miliar pada 2025 menjadi US$ 28,93 miliar pada 2030.
Pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) diproyeksi mencapai 10,11% selama periode tersebut.
Asia-Pasifik menjadi episentrum pertumbuhan, didorong oleh urbanisasi dan proyek-proyek kota pintar di China, India, dan Asia Tenggara.
Amerika Utara serta Eropa tetap menjadi kontributor utama untuk infrastruktur teknologi canggih dan energi berkelanjutan.
Kebutuhan Infrastruktur EV Picu Lonjakan Permintaan Kabel
Mobilitas listrik menjadi katalis baru bagi industri kabel. Riset terbaru menyatakan, infrastruktur pengisian daya kendaraan listrik sangat bergantung pada kabel berkualitas tinggi yang aman dan efisien.
Ini menjadikan industri kabel sebagai bagian vital dalam ekosistem transisi energi global.
Sektor ini juga mendapat dorongan dari upaya pemerintah di berbagai negara yang gencar mengembangkan otomasi industri, sistem manufaktur cerdas, serta integrasi teknologi canggih ke dalam jaringan energi dan transportasi.
Industri Kabel Nasional: Siap Bersaing di Kancah Global
Di dalam negeri, geliat industri kabel tak kalah agresif. Berdasarkan data Asosiasi Pabrik Kabel Indonesia (Apkabel), kapasitas produksi kabel serat optik nasional telah mencapai 15 juta ScKm per tahun. Seluruh tahapan produksi dari pewarnaan hingga pelapisan akhir dilakukan secara lokal.
CCSI menjadi salah satu pemain yang memanfaatkan momentum ini. Perusahaan tersebut resmi meneken kerja sama joint venture dengan FCJ Optoelectronics, raksasa kabel asal China.
Kerja sama tersebut menghasilkan entitas baru bernama PT Fuchunjiang Cable Systems Indonesia (FCSI), yang akan memproduksi dan memasarkan kabel serat optik serta aksesoris pendukungnya.
CCSI Pacu Inovasi Melalui Kemitraan Strategis
Direktur Utama CCSI, Peter Djatmiko, mengungkapkan bahwa kemitraan dengan FCJ bukan hanya untuk memperkuat lini produk premium, tetapi juga sebagai strategi menghadapi persaingan harga dari produk impor China.
“Aliansi ini menjadi strategi untuk menghadapi produk murah dari China, sekaligus menjaga loyalitas pelanggan terhadap produk berkualitas tinggi dari CCSI,” ujar Peter Djatmiko.
Sementara itu, Bo Shao, General Manager FCJ Optoelectronics, menyatakan bahwa kerja sama ini merupakan bagian dari ekspansi strategis global FCJ.
“Kami ingin menggabungkan keunggulan masing-masing perusahaan untuk mempercepat pengembangan industri baru dan memperluas jangkauan pasar internasional,” ucapnya.
Kehadiran FCJ sebagai mitra strategis dinilai akan mendukung CCSI dalam meningkatkan efisiensi produksi dan penetrasi pasar, baik lokal maupun regional.
Analisa Saham CCSI
Menurut Analis Pasar Saham Senior Mohamad Ali dari BursaNusantara.com, saham CCSI menunjukkan pola pergerakan konsolidatif dengan volume transaksi yang mulai meningkat dalam dua hari terakhir.
“Harga saham CCSI per 23 Mei 2025 ditutup naik 1,67% ke level Rp366. Kenaikan ini terjadi seiring sentimen positif dari penandatanganan JV dengan FCJ China,” ujar Ali.
Secara teknikal, Ali mencermati bahwa harga masih bergerak dekat area Moving Average (MA) 14 dan 21 harian.
Level resistance terdekat berada di Rp374, yang juga menjadi MA21. Jika mampu breakout, peluang menuju Rp390 terbuka dalam jangka pendek.
Sementara dari sisi akumulasi, berdasarkan data broker summary, tercatat akumulasi positif dari broker PD dan YU dengan nilai transaksi besar dan rata-rata beli di atas harga pasar.
“Broker PD (PT Indo Premier Sekuritas) memborong Rp73,8 miliar dengan rata-rata Rp367, sementara YU (PT CGS-CIMB Sekuritas Indonesia) membeli Rp18,4 miliar di harga rata-rata Rp368.
Ini menunjukkan minat kuat dari institusi terhadap saham CCSI,” jelas Ali.
Volume perdagangan pada 23 Mei menembus 431 ribu lot, tertinggi dalam sebulan terakhir. Ali menilai, jika konsistensi akumulasi berlanjut dan saham mampu bertahan di atas support Rp358, tren positif berpotensi menguat.
Rekomendasi Saham:
- Buy on Breakout jika tembus Rp374, target jangka pendek Rp390–Rp400.
- Hold bagi yang sudah memiliki saham, dengan trailing stop di Rp350.
- Potensi jangka menengah tetap menarik jika JV dengan FCJ mulai berkontribusi ke pendapatan kuartal berikutnya.
“Kunci keberlanjutan tren ada pada realisasi produksi FCSI dan bagaimana sinergi dengan FCJ diterjemahkan ke performa keuangan,” tutup Ali.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investor terkait saham, komoditas, kripto atau surat berharga lainnya. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. BursaNusantara.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.
Ikuti berita terbaru Bursa Nusantara di GOOGLE NEWS
Silakan masuk untuk bergabung dalam diskusi