JAKARTA, Bursa.NusantaraOfficial.com – PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG), salah satu perusahaan investasi terkemuka di Indonesia, tengah mempertebal Net Asset Value (NAV) dengan rencana besar menggelar penawaran umum perdana (Initial Public Offering/IPO) untuk anak usahanya.
Targetnya ambisius: kontribusi sebesar US$ 1 miliar atau setara Rp 16,33 triliun terhadap NAV perseroan. Langkah ini menunjukkan komitmen Saratoga dalam memperkuat portofolio strategis mereka.
Strategi IPO Saratoga
Direktur Investasi Saratoga, Devin Wirawan, mengungkapkan bahwa NAV perusahaan saat ini mencapai Rp 56 triliun, dengan sekitar 82% didominasi oleh tiga perusahaan utama yang telah menjadi perusahaan terbuka, yakni Adaro Group, Merdeka Group, dan Tower Bersama.
Ketiga perusahaan ini masing-masing telah menyumbang lebih dari US$ 1 miliar kepada NAV Saratoga.
“Ke depan, kami punya target menciptakan platform baru dengan kontribusi sekitar US$ 1 miliar dari IPO salah satu perusahaan privat kami. Kami optimis langkah ini dapat merefleksikan pencapaian impresif selama enam tahun terakhir,” ujar Devin dalam acara Investor Relations Forum di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa (21/1/2025).
Beberapa anak usaha yang diproyeksikan melantai di bursa mencakup:
- PT Mulia Bosco Logistics (MGM Bosco Logistics): Pemimpin di sektor logistik pendingin.
- Xurya Daya Indonesia: Pemain utama energi surya.
- Zap: Raksasa klinik perawatan kulit dengan lebih dari 120 cabang.
- Brawijaya Healthcare: Perusahaan layanan kesehatan terkemuka.
Langkah strategis ini diyakini dapat memaksimalkan valuasi perusahaan privat Saratoga, yang telah meningkat dari Rp 1 triliun menjadi Rp 6 triliun dalam enam tahun terakhir.
Capaian Saratoga Hingga 2024
Saratoga telah mencatatkan pertumbuhan signifikan pada NAV, yang naik tiga kali lipat dari Rp 18 triliun menjadi Rp 56 triliun dalam kurun waktu enam tahun.
Pada kuartal III-2024, Saratoga berhasil membalikkan rugi bersih sebesar Rp 10,6 triliun menjadi laba Rp 5,21 triliun. Keuntungan ini didorong oleh peningkatan neto atas investasi saham dan efek lainnya sebesar Rp 5,02 triliun.
Devin juga menegaskan pentingnya investasi jangka panjang dalam mendukung pertumbuhan valuasi perusahaan. “Kami memerlukan waktu untuk memastikan perusahaan yang kami bangun memiliki valuasi optimal sebelum akhirnya melantai di bursa. Proses ini membutuhkan ekspektasi realistis dari pemegang saham,” jelasnya.
Momentum Tahun Ular Kayu
Devin menilai, tahun ular kayu 2025 adalah momen tepat untuk berinvestasi, terutama di tengah penurunan minat investor asing terhadap aset di Indonesia. Menurutnya, hal ini membuka peluang bagi Saratoga untuk mendapatkan valuasi perusahaan yang lebih masuk akal.
“Tahun ini adalah peluang emas bagi kami untuk mencari portofolio baru dengan harga yang beralasan. Kami optimis dapat menambah 1-2 portofolio setiap tahunnya, memperkuat strategi investasi jangka panjang Saratoga,” ujar Devin.
Peran Saratoga dalam Ekosistem Investasi
Dengan kapitalisasi pasar mencapai Rp 380 triliun, Saratoga terus menjadi pemain utama dalam mendorong pertumbuhan sektor-sektor strategis. Selain fokus pada IPO perusahaan privat, perusahaan juga berkomitmen untuk menjaga kesinambungan portofolio melalui investasi di sektor energi, logistik, dan kesehatan.
Pencapaian ini mencerminkan komitmen Saratoga dalam mendukung pembangunan ekonomi nasional sekaligus memberikan nilai tambah yang signifikan bagi pemegang saham. Target ambisius US$ 1 miliar dari IPO perusahaan privat menjadi tonggak penting yang akan memperkokoh posisi Saratoga di kancah investasi global.