Geser kebawah untuk baca artikel
KomoditasPasar

Harga Tembaga Ambruk Akibat Tarif Trump, Dampak Perang Dagang Mengintai

×

Harga Tembaga Ambruk Akibat Tarif Trump, Dampak Perang Dagang Mengintai

Sebarkan artikel ini
harga tembaga ambruk akibat tarif trump, dampak perang dagang mengintai kompres
Harga tembaga melemah setelah Donald Trump mengumumkan tarif impor logam. Apa dampaknya terhadap pasar global dan perekonomian?

JAKARTA, Bursa.NusantaraOfficial.com – Harga tembaga dunia mengalami penurunan signifikan setelah pernyataan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengenai rencana pengenaan tarif impor logam, termasuk aluminium dan baja.

Pernyataan ini memicu kekhawatiran akan eskalasi perang dagang global, serta memperkuat posisi dolar AS, yang pada gilirannya menekan harga komoditas.

Dalam pidatonya, Trump menegaskan bahwa ia ingin memberlakukan tarif impor menyeluruh untuk meningkatkan industri manufaktur dalam negeri. Bahkan, Trump mengancam tarif tambahan untuk produk lain seperti chip komputer dan obat-obatan.

Sumber dari Financial Times menyebutkan bahwa Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, mendorong kebijakan tarif universal mulai dari 2,5% dengan kenaikan bertahap. Namun, Trump ingin angka yang jauh lebih besar untuk pungutan ini.

Penguatan dolar AS menjadi salah satu penyebab utama tekanan pada harga tembaga. Mata uang yang lebih kuat membuat komoditas yang dihargai dalam dolar menjadi lebih mahal bagi pembeli global.

Akibatnya, harga tembaga di London Metal Exchange (LME) turun 0,4% menjadi $9.057,50 per ton pada pukul 10:55 waktu Singapura, setelah sebelumnya anjlok hingga 2% pada hari Senin.

Penurunan ini juga diikuti oleh harga aluminium yang melemah 0,2% dan seng yang turun 0,4%. Bijih besi berjangka di Singapura turut terkoreksi 0,4% menjadi $103,25 per ton.

Konteks Global dan Dampak Tarif Trump

Kebijakan tarif Trump tidak hanya berdampak pada harga logam, tetapi juga mengancam memicu ketegangan perdagangan internasional.

Kanada diperkirakan menjadi salah satu negara yang paling terdampak. Negara ini menyumbang lebih dari separuh impor aluminium ke AS pada tahun 2023, serta menjadi salah satu pemasok utama baja dan tembaga.

Selain itu, Meksiko, Korea Selatan, dan Chili juga akan merasakan dampaknya sebagai mitra dagang utama dalam sektor logam.

Di sisi lain, dampak perang dagang yang berkepanjangan dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi global. Para pedagang logam mulai mewaspadai potensi penurunan permintaan akibat konflik perdagangan ini.

Di China, aktivitas pabrik menunjukkan kontraksi pada Januari setelah tiga bulan ekspansi. Hal ini menandakan bahwa konsumen domestik bersikap hati-hati, sementara sektor properti yang sedang tertekan belum menunjukkan tanda-tanda pemulihan yang signifikan.

Kinerja Pasar dan Respons Global

Penurunan harga logam ini terjadi di tengah melemahnya pasar saham global, terutama saham teknologi, yang mengalami aksi jual besar-besaran awal pekan ini.

Selain itu, libur Tahun Baru Imlek di China juga memengaruhi volume perdagangan, membuat reaksi pasar terhadap ancaman tarif Trump menjadi terbatas.

Jika tarif impor logam benar-benar diterapkan, dampaknya tidak hanya akan terasa di AS tetapi juga akan menjalar ke seluruh dunia. Industri manufaktur yang bergantung pada logam, seperti otomotif dan konstruksi, diperkirakan akan menghadapi kenaikan biaya produksi yang signifikan.

Prospek Harga Tembaga ke Depan

Meski saat ini harga tembaga sedang tertekan, para analis masih memantau perkembangan lebih lanjut dari kebijakan perdagangan Trump.

Jika ketegangan perang dagang terus meningkat, permintaan terhadap logam industri bisa semakin melemah, yang akan memberikan tekanan tambahan pada harga. Sebaliknya, jika ada tanda-tanda negosiasi damai, harga tembaga dapat kembali stabil.

Dengan situasi global yang penuh ketidakpastian ini, pelaku pasar diimbau untuk tetap waspada terhadap dinamika kebijakan ekonomi dan perdagangan internasional yang dapat memengaruhi arah harga komoditas di masa depan.

Ikuti media sosial kami untuk update terbaru