Geser kebawah untuk baca artikel
HeadlineKomoditasPasar

Harga Minyak Dunia Naik Tipis di Tengah Ketidakpastian AS

×

Harga Minyak Dunia Naik Tipis di Tengah Ketidakpastian AS

Sebarkan artikel ini
Harga Minyak Dunia Naik Tipis di Tengah Ketidakpastian AS
Harga minyak naik imbas kekhawatiran geopolitik baru dari AS, namun tekanan resesi dan perang dagang tetap membayangi pasar global.

Ketegangan Tarif AS Dorong Kenaikan Harga Minyak

JAKARTA, BursaNusantara.com – Harga minyak dunia mencatat penguatan moderat pada akhir pekan ini, di tengah meningkatnya kecemasan pelaku pasar terhadap ketidakpastian geopolitik baru yang berasal dari Amerika Serikat.

Sentimen pasar dipicu oleh langkah Presiden AS Donald Trump yang memberlakukan, lalu menangguhkan, tarif impor, menciptakan atmosfer ketidakpastian dalam perdagangan global.

Sponsor

Sponsor

Baca Juga: Krakatau Steel Andalkan Diversifikasi Hadapi Dinamika Global

Mengutip data dari Reuters, minyak mentah Brent tercatat naik sebesar 0,32% atau 20 sen ke level US$63,53 per barel pada pukul 15:26 GMT, sementara West Texas Intermediate (WTI) juga menguat 0,32% atau 19 sen ke posisi US$60,26 per barel.

Baca Juga: Harga Emas Cetak Rekor Tertinggi di Tengah Ketegangan Global

Analis pasar menyebut bahwa untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun terakhir, AS menjadi sumber utama risiko geopolitik di mata pasar energi global.

John Kilduff dari Again Capital LLC menyatakan bahwa pergeseran ini bisa menciptakan dinamika baru yang mirip dengan ketegangan global pasca invasi Rusia ke Ukraina.

Harga Naik, Tapi Tekanan Mingguan Tetap Membayangi

Kendati harga mengalami kenaikan harian, baik Brent maupun WTI mencatatkan penurunan mingguan untuk pekan kedua berturut-turut.

Baca Juga: Harga Minyak Melonjak Hampir 2% di Tengah Gejolak Perang Dagang

Penurunan ini terjadi seiring meningkatnya kekhawatiran pelaku pasar atas potensi perlambatan ekonomi global akibat perang dagang antara AS dan Tiongkok yang kembali memanas.

Pada Jumat, Tiongkok mengumumkan kenaikan tarif impor atas produk-produk AS menjadi 125%, dari sebelumnya 84%, dan akan mulai diberlakukan pada Sabtu (12/4).

Kebijakan ini merupakan bentuk balasan atas keputusan AS sehari sebelumnya yang menaikkan tarif terhadap Tiongkok menjadi 145%.

Baca Juga: Gejolak Pasar Minyak: Lonjakan Harga Akibat Sanksi AS

Meski Trump menunda penerapan tarif terhadap puluhan negara lainnya selama 90 hari, konflik antara dua kekuatan ekonomi terbesar dunia itu telah menciptakan kekacauan dalam jalur distribusi global.

Kondisi ini dikhawatirkan dapat memangkas volume perdagangan internasional dan memperlemah permintaan energi, termasuk minyak mentah.

Proyeksi Ekonomi Global dan Permintaan Minyak Direvisi Turun

Kekhawatiran atas pelemahan pertumbuhan global juga diperkuat oleh laporan terbaru dari Badan Informasi Energi AS (EIA) yang dirilis Kamis lalu.

Dalam laporan tersebut, EIA memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global serta menurunkan estimasi permintaan minyak untuk tahun ini dan tahun mendatang, baik di tingkat nasional maupun global.

Baca Juga: Harga Minyak Naik, tetapi Tetap dalam Tren Pelemahan Tiga Pekan

EIA menyebutkan bahwa ketegangan dagang yang berlarut-larut memiliki potensi memberikan tekanan kuat terhadap harga energi.

Situasi ini diperkirakan semakin berat bagi negara-negara berkembang yang sangat bergantung pada ekspor dan kestabilan harga komoditas.

China, sebagai importir minyak terbesar dunia, juga diperkirakan akan mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi pada 2025.

Hasil jajak pendapat Reuters menunjukkan tekanan tarif dari AS menjadi faktor utama pelemahan tersebut.

Direktur Badan Perdagangan PBB pun menyebut potensi dampak kebijakan tarif yang “katastropik” terhadap perekonomian negara berkembang.

Analis ANZ Bank, Daniel Hynes, menambahkan bahwa jika pertumbuhan ekonomi global turun di bawah 3%, maka konsumsi minyak mentah dunia berpotensi menurun hingga 1%.

Proyeksi tersebut memperlihatkan bahwa meski saat ini harga minyak naik, tekanan fundamental terhadap pasar energi belum mereda.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investor terkait saham, komoditas, kripto atau surat berharga lainnya. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bursa.Nusantaraofficial.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.